Selasa, 22 Maret 2022

Anak Indonesia Terlalu Lama di Sekolah

Kita sebagai orang tua coba sekali-kali bepikir, ilmu yang kita peroleh di bangku sekolah, mana yang kita pakai dalam profesi kita, dalam kehidupan kita?
Artinya anak-anak kita terlalu banyak belajar hal-hal yang tidak penting. Umur mereka habis di sekolah. Jadi kebijakan fullday itu untuk siapa sebenarnya?
Untuk orang tua yang pingin praktis.
Merasa anak lebih aman di lingkungan sekolah. Pulang kerja tinggal menyaksikan anaknya jadi pinter. Pinter semua pelajaran sekolah, pinter ngaji dan pinter segalanya.
Benarkah anak-anak sudah mendapatkan apa yang seharusnya mereka butuhkan?

Kalo kita googling maka akan kita dapati pendidikan terbaik di dunia adalah Finlandia.
Koq bisa, padahal mereka hanya 4-5 jam di sekolah.
Tidak ada PR, tidak ada Ujian Nasional.
Mereka baru boleh sekolah saat usianya menginjak 7 tahun, bandingkan dengan Indonesia yang emak-emaknya sudah rempong cari sekolahan dan bimbel sejak anaknya baru lahir procot.
Tiap 45 menit pembelajaran di Finlandia, siswa mendapat 15 menit istirahat, mungkin kaya' kita kalau lihat sinetron di tivi. Ada jedanya...
Kenyataannya..
Mereka gak stres belajar, karena setelah itu bisa bermain.
Anak SMP/SMA model pendidikannya kaya' anak kuliahan. Cukup datang di mata pelajaran yang dibutuhkan. Disisi lain..
Finlandia adalah negara dengan predikat nomor 1 sebagai tempat paling nyaman untuk ditinggali.
Bagi mereka kebahagiaan didapat bukan karena banyaknya aturan, tapi karena kesadaran.
Kita memang bukan Finlandia, tidak bisa juga menjadi Finlandia.
Tapi kita harus bisa memberi solusi bagi generasi di bawah kita, untuk hidup lebih baik.


Fullday School tidak serta merta menjadikan anak lelah bersekolah dan kurang bersosialisasi karena sesungguhnya lama tidaknya itu sifatnya relatif.
Lingkungan rumah yang kurang kondusif menjadikan fullday school sebagai alternatif dari berbagai alternatif yang ada, coba bayangkan kalo anak-anak usia sekolah nongkrong sembarangan.
Saya sendiri sangat setuju dengan konsep fullday school. Tapi dengan beberapa syarat.
Pastikan anak mendapat porsi istirahat dan bermain yang cukup. Pastikan pula guru-guru yang ada faham dan menerapkan pedagogi (seni mengajar) yang benar.
Saya sangat tidak setuju jika fullday tujuannya untuk menambah jam pelajaran.
Lebih tidak setuju lagi jika tujuannya hanya mengalihkan jam pelajaran di Hari Sabtu ke lima hari efektif.
Harusnya siswa fullday school tidak ada lagi PR, tidak ada lagi tugas tidak selesai dikerjakan di rumah.
Selalu mengingat pesan guru saya dulu, penguasaan kelas lebih penting daripada penguasaan materi. Penguasaan kelas hanya bisa terjadi jika siswa merasa nyaman.

Saat ini dan ke depan semua materi ada di google, semua praktek ada di youtube.
Tapi ada yang tidak bisa diajarkan oleh google dan youtube, yaitu akhlak, adab, dan budi pekerti...
Maka ajarkan anak kita Al-Quran, bukan hanya tahfidz. Maka bahasanya adalah Al-Quran terapan.
Motivasi mereka dengan membuka ruang untuk melakukan kreatifitas, inovasi tiada batas untuk ide-ide dan gagasan baru.
Ajak mereka bijak dunia digital futuristic.
Ingat masa depan mereka tidak ada contekannya di masa lalu atau masa sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar