Senin, 27 Agustus 2012

Ababil vs Krakatau

Ini adalah hasil otak atik gathuk, seperti halnya Borobudur sebagai situs peninggalan Nabi Sulaiman atau Peradaban Atlantic yang hilang bisa jadi terkubur di Indonesia.
Mungkin tidak benar 100%, tapi mungkin bisa jadi bahan diskusi.... Siapa tahu ada yang bisa melengkapi...
Karena memang perjalanan sejarah di Bumi Nusantara tidak seperti di Benua Eropa maupun Amerika yang punya runtututan peristiwa. Ini dikarenakan selalu ada mata rantai yang terputus saat mempelajari budaya purba Nusantara.
Saat ditemukan kebudayaan yang sudah tinggi disaat-saat selanjutnya ditemukan budaya primitif. Hal ini diyakini bahwa budaya masyarakat yang sudah tinggi seringkali hancur terkubur karena seringnya bencana alam (Banyaknya gunung berapi aktif). Sehingga ibarat deret hitung, hitungan itu diawali dengan angka 1,2,3,4,5,0........1,2,3,4,0.......1,2,3,4,5,6,7,8,0 ..... begitu seterusnya. Berbeda dengan kebudayaan Eropa maupun Amerika yang relatif tidak banyak gunung berapi aktifnya.
Lalu apa hubungan Peristiwa Ababil dan Letusan Purba Krakatau ?
Raja Abrahah sudah sampai di kota Mekkah dengan pasukan gajahnya. Penduduk Mekkah sudah pasrah bahwa Ka’bah adalah rumah Allah dan mereka menyerahkan sepenuhnya perlindungan Ka’bah kepada-NYA. Bahkan penguasa Makkah (Abu Thalib) datang menemui Abrahah bukan untuk lobi dan diplomasi, tapi untuk meminta kembali onta yang dirampas pasukan Abrahah. Hanya tinggal beberapa meter lagi pasukan gajah Abrahah menyentuh Ka’bah tiba-tiba tanda pertama muncul, yakni gajah yang digunakan pasukan Abrahah tidak mau bergerak, gelisah. Gajah-gajah itu seakan tahu bahwa bahaya sedang mengancam mereka. Tak lama kemudian awan menjadi gelap bagaikan mendung yang teramat pekat. Di saat itulah bebatuan panas meluncur dari langit menjatuhi pasukan Abrahah.
Peristiwa itu terjadi sebelum kelahiran Rasulullah (571) sementara letusan krakatau terjadi pada tahun 535 atau 36 tahun sebelum kelahiran Rasulullah.

Lalu dimana korelasinya,
1. Gajah yang mendadak gelisah. Ini seperti terjadi pada umumnya hewan, mereka kerap memberi tanda bahwa bencana akan segera datang di lokasi itu. Hewan memang memiliki insting yang kuat atas tanda-tanda bencana dan bahaya.
2. Awan gelap. Peristiwa awan gelap ini menjadi bagian dari episode hadirnya burung Ababil. Sebelum bebatuan panas meluncur menghancurkan pasukan Abrahah, awan hitam ini mendahului sekaligus drama alam global yang sangat menakutkan.
3. Bebatuan Panas yang Menghancurkan. Simak gambar berikut :
Rotasi bumi yang bergerak dari kiri ke kanan globe bumi menjadikan aliran angin di atmosfer bumi bergerak deras ke arah kebalikan, kanan ke kiri. Sehingga bisa jadi lontaran bebatuan panas dari Krakatau bergerak menuju kota Mekkah.
Letusan gunung Krakatau pada tahun 535 merupakan peristiwa tragedi besar di seluruh penjuru dunia. Letusan itu menjadi dampak bencana yang dirasakan di seluruh dunia. Bahkan letusannya disetarakan dengan 2 Milyar kali bom atom Hiroshima. Sehingga dari letusan ini menghasilkan laut selat Sunda dan memisahkan daratan menjadi dua pulau menjadi Sumatera dan Jawa.
5 Tahap letusan Krakatau 535,
1. Gempa bumi. Tanda awal reaksi gunung berapi. Tanda awal ini sudah dirasakan sampai Batavia (Jakarta).
2. Letusan bak guntur yang menggelegar. Letusan ini menghasilkan suara hingga terdengar sampai Australia. Letusan ini juga menghasilan gelombang kedap udara yang lazim terjadi pada ledakan bom. Sehingga dari letusan ini sudah menghasilkan korban jiwa.
3. Letusan yang dihasilkan dari pecahnya Kaldera melontarkan ribuan kubik lava ke lapisan Stratosfer. Lava dan bebatuan panas ini kemudian ditemukan di bongkahan es Greenland dan Antartika. Dan bisa jadi jatuh pula di Mekkah sebagai burung Ababil yang membakar pasukan Abrahah.
4. Ledakan yang besar itu mengguncang tanah sehingga ambles dan memisahkan daratan Jawa dan Sumatera dan terbentuklah selat Sunda.
5. Lava, debu, bebatuan, dan krikil yang terlontar ke Stratosfer menjadikan hampir seluruh langit bumi gelap dan menutupi cahaya matahari. Sehingga suhu udara di bumi turun mencapai 10 derajat di ekuator. Turunnya suhu dan minimnya matahari menjadikan bumi tak ubahnya planet Venus. Komponen vegetasi di bumi rusak sehingga cadangan makanan menjadi minim. Dan peristiwa ini mengakibatkan pergolakan sosial dalam memperebutkan cadangan makanan. Ini berhubungan dengan peristiwa selanjutnya tentang penyakit kulit yang diibaratkan seperti daun dimakan ulat.
......... Selanjutnya saya sangat berharap ada yang bisa melengkapinya.....


(dari berbagai sumber)

Misteri Angka 4 Pada Jam Romawi

Pernah lihat jam gadang di Bukittinggi Sumatera Barat?
Coba perhatikan angka 4 (empat) yang seharusnya ditulis dengan angka romawi IV!
Mengapa justru dicetak dengan IIII?


Dari beragam informasi ditengah masyarakat, angka empat aneh tersebut ada yang mengartikan sebagai penunjuk jumlah korban yang menjadi tumbal ketika pembangunan. Atau ada pula yang mengartikan, empat orang tukang pekerja bangunan pembuatan Jam Gadang meninggal setelah jam yang menghabiskan 3000 gulden tersebut selesai.
Patut diketahui pula, ternyata mesin Jam Gadang punya kembaran. Dan diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.

Apakah berarti kembarannya juga minta 4 tumbal?

Jangan berotak-atik gathuk dulu .......

Dalam kebudayaan romawi angka 4 lazim ditulis dengan IIII dan bukan IV, karena IV merupakan simbol dari Dewa Jupiter, atau sering ditulis IVPPITER, IV adalah huruf awal dari nama dewa jupiter. penggunaan angka IV baru lazim dijumpai pada era modern.

sedangkan 5 alasan lainnya adalah:
1. Raja prancis, Louis XIV, memerintahkan penggunaan IIII dan bukan IV pada jam, dan kebiasaan ini berlaku sampai sekarang.
2. Penggunaan numerasi romawi standard IV sebagai angka 4, berpotensi membingungkan bagi anak-anak dan orang yang tidak terbiasa melihat jam, apalagi dalam posisi terbalik angka IV nyaris serupa dengan VI. itulah mengapa digunakan IIII karena tidak mirip dengan VI.
3. angka IIII dirasa lebih simetris untuk mengimbangi angka VIII (angka disebrang angka IIII).
4. dengan menggunakan IIII pada jam, maka akan dijumpai duapuluh I, empat V, dan empat X, sehingga sang pembuat jam hanya cukup membuat 1 pola cetakan angka, yaitu VIIIIIX, yang kemudian dicetak 4 kali, untuk selanjutnya dipisah2 sesuai kebutuhan; V IIII IX
VI II IIX (IIX nanti dibalik sehingga menjadi XII)
VII III X
VIII I IX (IX nanti dibalik sehingga menjadi XI)
sedangkan jika menggunakan IV akan membuat pembuat jam membutuhkan V ekstra.
5. Penggunaan IIII akan menciptakan simetris radial pada jam, sehingga simbol I hanya akan dijumpai pada pertiga awal (I, II, III, IIII), simbol V akan dijumpai pada pertiga tengah (V, VI, VII, VIII), dan simbol X akan dijumpai pada pertiga akhir (IX, X, XI, XII)

Jadi masih berpikir bahwa itu angka 4 pada jam romawi berhubungan dengan mistis?